Kenapa Kita Harus Diajarin Pajak Sejak SMA?

Coba jujur, waktu SMA kamu lebih hafal rumus phytagoras daripada cara bayar pajak, iya gak? Padahal, begitu lulus dan masuk dunia kerja, tiba-tiba kita dituntut ngerti pajak: PPh, NPWP, e-filing, e-billing, dan sebagainya. Pertanyaannya: kenapa hal sepenting itu gak diajarkan sejak SMA? Bukannya terlalu awal, justru terlambat.

Pajak Itu Realita, Bukan Sekadar Teori Ekonomi

Selama ini, pelajaran pajak sering cuma muncul di bab kecil dalam ekonomi. Bahkan kadang cuma jadi catatan kaki di soal ujian. Padahal, dalam kehidupan nyata, pajak itu wajib hukumnya, dan semua orang pasti akan berurusan dengan itu.

Pajak bukan cuma urusan pegawai negeri atau pengusaha. Karyawan biasa, freelancer, pemilik online shop, content creator TikTok, bahkan mahasiswa yang punya penghasilan juga wajib lapor pajak.

Kalau kita udah diajarin sejak SMA, mindset-nya bisa lebih siap. Pajak gak akan terasa menakutkan atau membingungkan.

Apa Aja yang Harusnya Diajarin di Sekolah?

Bayangkan kalau SMA punya satu mata pelajaran khusus: “Edukasi Pajak dan Keuangan Dasar.” Isinya gak ribet, tapi sangat aplikatif. Contohnya:

  • Cara daftar dan buat NPWP

  • Kenalan dengan jenis-jenis pajak (PPh, PPN, dan lain-lain)

  • Simulasi ngisi e-filing tahunan

  • Hitung pajak penghasilan sederhana

  • Diskusi soal penghindaran pajak vs pengelolaan pajak yang benar

  • Kenapa pajak itu penting untuk negara dan pembangunan

Bahkan bisa dibuat praktek langsung, misalnya simulasi jadi wajib pajak atau petugas pajak.

Generasi Z dan Pajak: Harus Lebih Melek

Zaman sekarang, generasi muda makin kreatif cari penghasilan. Banyak anak muda udah punya parlay sendiri, jadi dropshipper, jago freelance, atau bahkan viral jadi influencer.

Masalahnya, banyak yang gak sadar bahwa penghasilan dari aktivitas tersebut juga kena pajak. Bukan karena gak mau bayar, tapi karena gak tau harus mulai dari mana.

Kalau pajak diajarkan sejak SMA, kita bisa punya generasi yang bukan cuma cerdas secara akademis, tapi juga melek finansial dan taat pajak.

Pajak Bukan Beban, Tapi Kontribusi

Salah satu alasan kenapa orang malas atau takut bayar pajak adalah karena kesan bahwa pajak itu beban. Padahal, kalau dari kecil kita sudah paham bahwa pajak itu kontribusi untuk negara, persepsinya bisa berubah.

Bayangkan kalau siswa tahu bahwa:

  • Jalan yang mereka lewati ke sekolah dibiayai dari pajak

  • Guru mereka digaji dari pajak

  • Internet sekolah, bangku, AC, bahkan toilet—semua hasil dari dana pajak

Mereka akan lebih merasa punya peran dalam membangun negeri.

Negara-Negara Maju Sudah Melakukan Ini

Negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Finlandia sudah lebih dulu memasukkan literasi pajak dalam kurikulum sekolah. Tujuannya bukan biar anak-anak jadi akuntan, tapi biar mereka ngerti hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Indonesia juga mulai melangkah ke arah sana, tapi belum merata. Ada kerja sama antara Ditjen Pajak dan beberapa sekolah lewat program edukasi pajak, tapi belum jadi bagian tetap kurikulum nasional.

Kenapa Harus Sejak SMA?

Usia SMA adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Mereka sudah mulai bisa berpikir logis, bisa kerja part time, dan dalam waktu dekat bakal masuk dunia kerja atau bisnis. Ini waktu yang paling tepat buat tanamkan pemahaman pajak.

Jangan tunggu sampai mereka dewasa dan bingung sendiri ngadepin pajak tahunan pertama mereka.

Kesimpulan

Mengajarkan pajak sejak SMA bukan ide aneh atau berlebihan, tapi kebutuhan mendesak. Pajak adalah bagian dari kehidupan orang dewasa—jadi kenapa gak kita siapin dari bangku sekolah?

Bayangkan generasi muda yang ngerti hak dan kewajiban finansialnya, tahu cara ngatur uang, dan sadar pentingnya berkontribusi lewat pajak. Itu baru namanya pendidikan yang relevan dengan kehidupan nyata.

By admin